ULANG TAHUN: LEBIH DARI SEKEDAR PERAYAAN
Oleh: Irfan Soleh
Orang yang berbahagia bukanlah seseorang yang berada dalam suatu keadaan tertentu, melainkan seseorang dengan perangkat sikap tertentu
(Huge Down)
Perayaan ulang tahun (ultah) yang ke 23 menjadi meriah dengan acara yang cukup berbeda. Biasanya kemeriahan ultah hanya diramaikan dengan tiup lilin, potong kue, diceburin ke kolam atau bejibunnya ucapan selamat. Kali ini acaranya disemarakan dengan diskusi dan refleksi kritis. Muhtadin mengawali diskusi dengan sangat baik. Pemaparannya tentang reformulasi ulang tahun memicu hormon intelektual saya dan kawan-kawan. Ia menjelaskan aspek-aspek yang harus terbawa dan harus ada sehingga ulang tahun tidak hanya sebatas ‘perayaan’. Ada aspek tradisi, religi, silaturahmi dan motivasi.
Alhamdulillah ke empat aspek diatas ada pada perayaan ultah saya yang ke 23. Aspek tradisinya seperti biasa makan-makan sekaligus jalan-jalan, aspek religinya dengan tawashulan atau hadhorohan (awalnya mau khataman Qur’an berhubung ada satu dan lain hal diganti jadi hanya tawasulan), aspek silaturahminya bisa kita lihat kawan-kawan yang hadir ada yang sudah lama banget gak pernah ketemu momen ini sekaligus temu kangen dan reunian, aspek motivasi jelas ada karena acara ini mengandung muhasabah, refleksi sekaligus revolusi diri
Kado yang saya terima pun sangat istimewa seakan mereka tahu kondisi jiwa dan apa yang harus saya lakukan pasca perayaan ultah. Buku setebal 123 halaman menjadi kado pertama yang saya baca. Buku ini mengupas tentang ilmu ikhlas. Buku karangan Abu Muhammad bin Said al-Bailawi ini,melihat ikhlas tidak hanya sebagai ketulusan semata, tapi ikhlas dijadikan kekuatan dari suatu ketulusan yang dapat mewujudkan apapun yang kita inginkan. Dengan ikhlas, bukan hanya kekayaan materi yang akan kita miliki, namun juga kekayaan hati dan jiwa.
Bagi saya, ikhlas menjadi kado ultah yang membekas. Ikhlas tidak berarti kita membuang semua mimpi-mimpi kita. Kita tetap harus mengejar semua mimpi-mimpi kita, namun ketika kita ikhlas selama menuju cita-cita yang kita inginkan itu, di dalam hati akan timbul rasa syukur, tenang, fokus, sabar dan tekun. Karena dalam ikhlas semua hasil akhir diserahkan pada Tuhan
Kado kedua sama istimewanya yaitu buku yang berjudul Inner happiness building. buku ini menurut sang empunya, Roni Ismail, berawal dari sebuah catatan harian. Penulis mengajak kita untuk menggali dan menuju kebahagiaan yang sifatnya intrinsik (inner happiness) melalui syukur yang dalam, sikap ikhlas yang benar, kebercukupan (Qana’ah), penerimaan diri, bahagia dengan apa yang kita lakukan dan menumbuhkan kekuatan berupa mental bahagia
Penulis memprovokasi kita dengan ungkapan “kita layak bahagia” , alasannya karena bahagia ada dalam diri kita, bahagia itu tidaklah sulit didapat, bahagia bisa dilatih, hak kita semua untuk bahagia karena kita tercipta dengan limpahan anugrah sehingga kalau kita tidak bahagia sama saja dengan menyia-nyiakan hidup yang sempurna dan itu artinya tidak bersyukur atas aneka anugrah Tuhan. Jadi sebenarnya kedua buku tersebut saling terkait, dan bagi saya pribadi kedua hal tersebut seolah memberitahukan apa yang harus saya lakukan pasca perayaan ultah ini, terima kasih yang tak terhingga pada Maya dan Nina, kado kalian begitu berharga.
Ucapan terima kasih juga saya haturkan pada kawan-kawan yang telah hadir di saung rakit, cowoknya: muhtadin,sabilil muttaqin, asep iman, aef saeful muharom, alif, yana, opik, adad, dani, iyus, eris, miftah (olot), ade herdi, khowas, redi. Ceweknya: Maya, Nina, Desri, dan Nunung. Kalian menjadi saksi sejarah fragmen kehidupanku di usia 23. William James pernah berkata, Percayalah bahwa hidup ini berharga, dan keyakinanmu akan membantu menciptakan fakta itu. Dan kehadiran temen-temen menambah keyakinanku bahwa hidup itu sangat berharga dan jangan disia-siakan. Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti...!!!!
Kertaharja, 07 november 2010
0 komentar:
Posting Komentar