Hari kedua di Thailand, saya diajak ke pasar tradisional yang dikenal dengan nama Chatuchak market atau Jatujak seperti bagaimana dibaca dalam bahasa Thai (dan maka dari itu yang sering disingkat menjadi ‘JJ’). Rasa penasaran saya muncul, saya googling terlebih dahulu mengenai sejarah pasar ini. Tahun 1950-an ketika Panglima Tertinggi Plaek Phibulsongkram, Perdana Menteri Thailand saat itu memutuskan bahwa setiap kota di negara Thailand wajib memiliki pasar loak. Setelah relokasi ke beberapa tempat, akhirnya diputuskan bahwa pasar loak Bangkok akan berada di lokasinya sekarang, yakni di Phaholyothin.
Sejak saat itu, Chatuchak telah berubah menjadi salah satu pasar terbuka terbesar di dunia. Pasar ini hanya buka pada akhir pekan saja, sabtu dan minggu buka dari pukul 08.00 hingga 18.00. Chatuchak Market menjadi salah satu tempat favorit wisatawan yang berkunjung ke Thailand. Diperkirakan rata-rata Chaktucak dikunjungi oleh 200.000 orang per harinya baik oleh masyarakat lokal maupun wisatawan asing.Pasar ini bisa ditempuh dengan taksi atau skytrain dari pusat kota dan berhenti di Stasiun Mo Chit. Tempatnya sangat luas yaitu 11 hektar dengan lebih dari 15.000 toko.
Disini tersedia segala macam produk meliputi kerajinan Thailand, aksesoris rumah tangga, artefak agama, seni, barang antik, hewan hidup, buku, musik, makanan, tanaman ,bunga, dll. Untuk memudahkan para pengunjung berbelanja, pasar ini dikelompokkan menjadi 26 area diantaranya adalah area books and magazines, fashions, food, furniture, plants, pets, jewellery , paintings, dll.
Kami pun berjalan melihat kios-kios baju, banyak sekali baju bekas dengan merek ternama yang dijual murah disini. Karena kita datang siang hari jadi cuacanya cukup panas. Jalan-jalan disini sangat menguras energi saking luasnya sehingga membuat perut jadi lapar. Akhirnya kami mencari tempat makan yang berlabel halal. Di Negara yang penduduk muslimnya minoritas, makanan muslim hanya bisa di jumpai di tempat-tempat tertentu dan salah satu ciri khas nya adalah label halal dengan logo bintang dan bulan sabit
Produk halal dari Thailand ini diakui secara internasional. Hal itu disebabkan karena standar makanan halal diawasi secara ketat oleh organisasi atau asosiasi muslim yang kredibel. Bukan saja dengan ketat mengontrol produk, pihak asosiasi muslim Thailand juga mengontrol sampai ke dapur dan peralatannya, tidak sekedar memberi label halal saja. Sebenarnya secara sederhana makanan yang halal adalah makanan yg bukan merupakan darah, daging babi, binatang yang disembelih dengan menyebut nama Allah, dan makanan yang proses produksinya higienis sebagaimana yang diterangkan dalam surat Al Baqarah ayat 172-174.
Salah satu tempat makan yang terkenal adalah Saman Islam Restaurant yang ada di section 16, Kah Jak yang berada disebelahnya, serta Yellow Chicken Rice. industri makanan seperti ini jika ingin mendapatkan akreditasi dan sertifikat halal, harus mendaftar ke Thailand’s Central Islamic Committee (TCIC). Dari situ makanan ditinjau sesuai dengan prosedur halal yang mereka tetapkan. Jika sudah sesuai dengan standarisasi halal, maka baru diakreditasi. Setiap tiga bulan sekali, produsen tersebut akan kembali ditinjau apakah masih sesuai dengan standar halal.
Universitas Chulalongkorn Thailand memiliki lembaga yang disebut The Halal Science Center (HASCI). HASCI terbentuk karena adanya kepedulian untuk melindungi konsumen muslim yang sering kesulitan menemukan makanan halal di Thailand. Teknologi digunakan oleh HASCI untuk menganalisis perkara halal atau tidak suatu bahan yang dikonsumsi atau dipakai. Subhanallah ya, justru negara yang penduduk muslim nya minoritas sangat perhatian sekali terhadap identitas keislamannya, kadang kita di indonesia lengah akan hal tersebut. belanja sudah dan perut pun kenyang, Alhamdulillah cukup untuk hari ini, insya Allah masih akan ada catatan perjalanan selanjutnya.
(tulisan ini diolah dari berbagai sumber termasuk pengalaman pribadi)
(tulisan ini diolah dari berbagai sumber termasuk pengalaman pribadi)
0 komentar:
Posting Komentar