RSS
Write some words about you and your blog here

Coretan Peluncuran Buku Perdana


1 September 2011 yang bertepatan dengan 2 syawal 1432 H menjadi moment bersejarah bagi saya. Dengan segala kekurangannya, pada hari itu saya bisa me-lounching buku perdana yang berjudul “Muhammad Syahrur Dimata Para Pengkritiknya: Telaah Penafsiran Tentang Aurat Perempuan”. buku ini di lounching  pada acara Reuni Akbar Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren al-Hasan. Rangkaian acaranya include dalam acara reuni.

Lounching diawali dengan paparan Sofi Ahmad Mustafa  dari atas nama penerbit el-haz publishing house, beliau menyampaikan beberapa hal diantaranya latar belakang kenapa penerbitan ini ada dan alasan kenapa buku penafsiran tentang batasan aurat perempuan layak diterbitkan di el-haz publishing house.

Apa latar belakang adanya elhaz publishing house? Pertama Ingin merangsang jiwa intelektualitas para santri dan alumni dengan menghadirkan ‘atmosfir akademik’ di pesantren, kedua Meningkatkan budaya literasi pesantren karena peradaban maju selalu ditandai dengan tradisi baca tulis yang tinggi dan ketiga Sekali mendayung dua tiga pulau terlewati, disamping menambah wawasan dan pengetahuan juga bisa menjadi ladang bisnis atau amal usaha buat pesantren sehingga menunjang kemandirian ekonomi pesantren

Kemudian kenapa buku penafsiran tentang batasan aurat perempuan layak diterbitkan? Karena banyak sekali buku-buku yang menerjemahkan dan mempublikasikan pemikiran Syahrur, namun masih jarang buku yang memaparkan tentang counter-argument pemikirannya, sehingga, dengan buku ini, pembaca bisa mengetahui bagaimana tanggapan, respon atau kritik terhadap ide-ide yang dilontarkan Muhammad Syahrur terkait dengan batasan aurat perempuan.

Tak lama setelah paparan Sofi, saya pun dipanggil ke podium untuk menyampaikan beberapa hal. Isi pembicaraan pada kesempatan kali ini saya ringkas ke dalam beberapa pertanyaan yang nantinya akan saya jawab satu per satu. Kenapa saya menulis buku? Kenapa tentang aurat perempuan? Kenapa diterbitkan di el-haz publishing house?

Terkait dengan pertanyaan pertama, alasan kenapa saya ingin menulis buku, jawabannya sederhana saja. Pertama mudah-mudahan ini dicatat sebagai amal jariah dalam bentuk dakwah bil kitabah dan hal ini pun bisa dicatat sebagai bentuk pengamalan ilmu, Man ‘allama ilman ‘allamallohu ma lam ya’lam. Konsep ta’lim itu jelas tidak hanya dalam bentuk tuturan tapi juga tulisan. Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat dan harapannya bisa tergolong khoirunnas ‘anfauhum linnas. Alasan kedua lebih bersifat personal yaitu bentuk pengejawantahan mimpi dan keinginan saya yang ingin punya karya sebelum usia 25 tahun

Jawaban untuk pertanyaan yang kedua mengenai kenapa tentang aurat perempuan bisa kita ringkas ke dalam beberapa point. Pertama, pernah gak anda melihat spanduk di sekitar mesjid di jakarta yang bertuliskan “anda berada dikawasan berjilbab”?  pernah gak anda mendengar perda syari’ah yang mengatur masalah jilbab? Pernah gak anda masuk pada lembaga pendidikan yang mewajibkan berjilbab atau kode etiknya mengharuskan memakai kerudung? Semua itu bagi sebagian kalangan dikatakan sebagai fasisme kaum moralis karna telah melakukan formalisasi agama di ruang publik yang heterogen dan mereka menafsirkan ulang ayat-ayat yang berhubungan dengan jilbab.

Salah satu yang sering dijadikan rujukan dalam hal batasan aurat perempuan adalah Muhammad Syahrur sehingga pemikiran syahrur banyak dikaji. Demi terciptanya keseimbangan referensi akademis antara yang pro dan yang kontra, saya melalui buku ini menghadirkan para pengkritik Syahrur dengan metode Metode Deskriptif Analitik, yaitu metode yang menggambarkan (memaparkan) pembahasan kemudian dianalisa.

Terakhir kenapa diterbitkan di el-haz publishing house? Pertama, karna ingin membangkitkan kembali budaya literasi atau tradisi baca-tulis di kalangan santri. Alhamdulillah sudah pernah terbit beberapa edisi majalah islami sayangnya terhenti dan mudah-mudahan dengan diterbitkannya buku ini bisa menggugah kembali tradisi baca-tulis di pesantren ini. Kedua,saat ini mungkin saja liberalisme pemikiran dan penafsiran belum merambah ke wilayah ciamis, tapi seiring dengan pergeseran sosio-antropologis dan nilai di masyarakat yang begitu cepat tidak menutup kemungkinan pemikiran tersebut akan hadir dan mewarnai alam pemikiran santri dan warga masyarakat ciamis. Intinya dengan buku semacam ini, pesantren bisa menjadi benteng dari virus liberalisme pemikiran dan penafsiran. Terakhir, semoga buku ini bermanfaat dan dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT, Amin Ya Allah Ya Rabbal ‘alamin...




Galery foto lounching buku












Catatan Muktamar IAEI




Tanggal 30 Juli 2011 saya mengikuti muktamar Ikatan Ahli Ekonomi Islam. Meskipun hanya jadi peserta biasa tapi saya mendapatkan ilmu dan pengalaman yang luar biasa disini. Banyak yang saya catat pada waktu acara cuma na’as catatan itu hilang ketika sudah di rumah. Coretan ini hanya fragmen yang tercecer dalam ingatan. Salah satu hasil dari muktamar tersebut yaitu Bambang Brojonegoro terpilih sebagai ketua umum baru Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), menggantikan Mustafa Edwin Nasution. Bambang yang kini menjadi Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan dan mantan Direktur IRTI IDB akan menjabat dalam periode 2011-2015. Diawal acara Bambang Brojonegoro memberikan sambutan, yang paling saya ingat adalah ucapan beliau yang sangat bersemangat mengajak para peserta muktamar untuk mengembangkan Ekonomi Islam Madzhab Indonesia.

Kata-kata itu pernah saya dengar sebelumnya dari Bang Ali Sakti yang mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang membuat argumentasi indonesia memiliki madzhab berbeda dalam aplikasi ekonomi Islam dibanding negara-negara lain sangatlah beralasan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: pertama, ruang lingkup aplikasi ekonomi Islam Indonesia lebih luas dari sekedar perbankan atau keuangan. Kedua, corak praktek ekonomi Islam di sektor perbankan dan keuangan konsisten dengan substansi ekonomi yang diinginkan syariat Islam, dan memelihara kadar distinction yang sangat jelas dengan praktek konvensional. Ketiga, infrastruktur sistem aplikasi ekonomi Islam terbangun dengan relatif lebih lengkap dan mapan, seperti berdirinya otoritas fatwa yang tersentralisasi, pengadilan yang terpisah dan lain sebagainya. Terakhir, basis masyarakat pemerhati yang begitu besar, dari ormas, ulama, aktifis sampai masyarakat akademisi (intelektual).


 

Berikut beberapa kutipan yang bisa saya abadikan dalam coretan ini:

Munifah Syanwani, M.Si

Muktamar IAEI tahun 2011 mengusung tema “ optimalisasi peran perguruan tinggi dalam melahirkan SDM ekonomi syari’ah yang berkompeten dan profesional”, dengan harapan bahwa perguruan tinggi mampu melahirkan sumber daya manusia berkualitas yang kompeten, profesional dan kavabel di bidang ekonomi syari’ah, sehingga mampu menjawab setiap tantangan yang tengah dan akan dihadapi oleh dunia perekonomian syari’ah, khususnya perbankan syari’ah

Sebagai wadah berkumpulnya para intelektual ekonomi syari’ah, IAEI ini sudah semestinya memberikan rekomendasi kepada pemerintah yang dapat diimplementasikan sebagai program pemerintah


Mustafa edwin nasution, Ph.D (ketua umum IAEI periode 2005-2010)

Kedepan peran dan kerja IAEI akan semakin penuh tantangan, kerja besar yang dilakukan IAEI harus mampu menjawab kebutuhan terhadap ekonomi islam saat ini. Dari hasil penelitian yang kami lakukan terdapat empat kendala besar yang dihadapi lembaga pendidikan ekonomi islam dalam upaya mengembangkan kuantitas dan kualitas. Kendala itu antara lain: (1) keterbatasan ahli ekonomi keuangan islam, yang menguasai secara komprehensif ilmu ekonomi, keuangan sekaligus ilmu syari’ah, (2) keterbatasan dari segi kurikulum pengajaran, kurikulum belum berbasis pada kompetensi, (3) belum ada linkage antara lembaga pendidikan dengan lembaga keuangan islam, dan (4) keterbatasan dana dan SDM sehingga research dan laboratorium penelitian di bidang ilmu ekonomi dan keuangan islam masih terbatas

Oleh sebab itu, momentum muktamar IAEI harus melahirkan rekomendasi untuk memfokuskan kerja-kerja IAEI kedepan, ke arah peningkatan kuantitas pengajaran ekonomi dan keuangan islam di perguruan tinggi di indonesia mulai dari kurikulum, tenaga pengajar, standard mutu pendidikan serta hasil research yang berkualtas.
 


 

Finally, mudah-mudahan ekonomi islam semakin berjaya di bumi indonesia

Penantian

Ingin sekali ku puisikan
Kerlingan matamu dalam putihnya lembaran
Namun lidahku kelu tanganku pun kaku
Memandang jauh hamparan waktu

Pagi membangunkan sepi
Selimut dinginnya menutup merasuk ke ulu hati
Tak ada kicau burung yang riang bernyanyi diatas puncak
Yang ada hanya tangkai retak yang tak bias terpijak