RSS
Write some words about you and your blog here

MENCOBA MENJAWAB TANYA (tafsir dan kisah yusuf zulaikha)

MENCOBA MENJAWAB TANYA
(tafsir dan kisah yusuf zulaikha)
Oleh: Irfan Soleh

Akhir-akhir ini ada sms yang datang membawa tanya. Pertanyaan tersebut memaksa saya mencari jawabannya kesana kemari dengan sedikit mengobrak-ngabrik buku, artikel dan pembahasan yang terkait dengan pertanyaan tadi. saya mau berterimakasih pada para penanya karna pertanyaan-pertanyaan ini mendorong saya lebih rajin lagi ‘membaca’. Tulisan ini hanya ingin mencoba menjawab pertanyaan tersebut sekemampuan saya dengan mengexplore pendapat-pendapat dari sejumlah buku dan artikel-artikel yang saya temukan

Pertanyaan pertama, “ assalamu’alaikum. Maaf klo boleh nie ada yang mau ditanyakan: ‘hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami minta tolong’ pertanyaannya kenapa dalam shalat sendiri kata ibadah digunakan dengan lafad a’budu bukan na’budu , ada apa maknanya? Mohon dicantumkan sumber redaksinya...!”

Pertanyaan kedua,“ kak kan ada satu do’a yang mengatakan Allahumma allif bainahuma kama allafta baina yusuf wa zulaikha (Ya Allah, semoga engkau merukunkan kedua mempelai ini sebagaimana Engkau telah merukunkan Nabi Yusuf dan Zulaikha), pertanyaannya apakah benar ada yang bernama Zulaikha dalam kisah Nabi Yusuf tersebut?”

Jawaban pertanyaan pertama saya dapat dari tafsir al Misbah karya Quraish Shihab halaman 65 edisi baru cetakan pertama tahun 2009. Menurut Pak Quraish penggalan ayat ini menggunakan bentuk jamak iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in yang artinya hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta petolongan .

Kata Kami atau kekamian dan kebersamaan yang digunakan oleh ayat ini mengandung beberapa pesan. Pertama, untuk menggambarkan bahwa ciri khas ajaran islam adalah kebersamaan. Seorang muslim harus selalu merasa bersama orang lain, tidak sendirian, dengan kata lain setiap muslim harus memiliki kesadaran sosial. Saya jadi teringat penjelasan Pak Nasarudin Umar tentang The Power of We ketika ke-aku-an telah melebur secara konseptual dengan aku-aku yang lainnya menjadi ‘kita’ tentu akan lebih kuat dan hal ini senafas dengan Hadis Nabi yang menyatakan bahwa Muslim itu bagaikan satu tubuh

Kandungan penggunaan kata Kami dalam ayat tersebut yang kedua adalah berkaitan dengan bentuk ibadah yang seharusnya dilakukan oleh setiap muslim, yaitu ibadah hendaknya dilaksanakan secara bersama-sama, berjama’ah jangan sendiri-sendiri. Pada hakikatnya ungkapan ke-kami-an tersebut menanamkan ke dalam jiwa kita sebuah pengaduan kepada Allah bahwa ibadah yang saya lakukan belumlah sempurna, sehingga kata Pak Quraish seakan-akan kita berkata pada Allah, “Ya Allah, aku datang bersama yang lain, yang lebih sempurna ibadahnya dari pada aku. Gabungkan ibadahku dengan ibadah mereka agar Engkau menerima pula ibadahku”. Jadi sebenarnya poin kedua ini menggambarkan kerendahan diri kita dihadapan Allah SWT dan merasa kehadiran kita sangat kecil dihadapan Allah Yang Maha Besar

Jawaban pertanyaan kedua saya baca dari buku Pak Yai (Ali Mustafa Ya’kub) yang berjudul Haji Pengabdi Setan. Kisah nabi Yusuf dan Zulaikha (ada yang membaca zalikha) timbul di kalangan mufassir ketika menafsirkan QS Yusuf: 21. Dalam terjemahan DEPAG RI (sebelum revisi) terjemahan ayat tersebut menuturkan: “Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya” dalam footnote no 748 Tim menulis: orang mesir yang membeli yusuf a.s itu seorang raja Mesir bernama Qifthir dan nama istrinya Zulaikha

Menurut Prof Ali Mustafa Ya’kub,terkait dengan penafsiran QS Yusuf:21 ini dari sekian banyak kitab tafsir, ternyata yang menuturkan kisah itu dengan sanad lengkap hanyalah imam al-Thabari, yaitu Ibn Humaid, dari Salamah, dari Ibn Ishaq, dari Muhammad bin al-Sa’ib, dari abu Salih, dari Ibn Abbas. Dalam riwayat ini disebutkan istri al aziz bernama Ra’il binti Ra’ail. Sedangkan riwayat yang menyebut nama istri al-Aziz adalah Zulaikha bersumber dari Syu’aib al-Jaba’i. Kedua sanad itu lemah sekali bahkan palsu. Hal itu dapat kita ketahui dari dua orang rawi yaitu Muhammad bin al-Sa’ib al-Kalbi dalam riwayat yang menyebutkan nama Ra’il binti Ra’ayil dan Syua’ib al-Jaba’i dalam riwayat yang menuturkan nama Zulaikha. Kedua orang ini biang kerok yang menyebabkan hadis ini lemah bahkan palsu

Jadi sebenarnya tidak ada riwayat shahih yang menerangkan bahwa istri al-Aziz (raja Mesir tadi) itu bernama Zulaikha dan Nabi Yusuf Pernah menikahinya. Karenanya ketika ada orang yang berdo’a agar mempelai itu saling sayang menyayangi seperti Yusuf dan Zulaikha hal itu sama saja mendo’akan seseorang untuk menyayangi istri orang lain alias selingkuh. Jadi kisah romantis Yusuf dan Zulaikha sekarang tidak hanya bumbu cerita israiliyyat yang menghibur sebelum tidur tapi sudah merangsek menjadi keyakinan atau akidah orang awam hingga banyak yang menjadikannya sebagai do’a. Padahal do’a harus berdasarkan dalil-dalil shahih







0 komentar:

Posting Komentar