RSS
Write some words about you and your blog here

Makan dulu atau shalat dulu?

Makan dulu atau shalat dulu?
(Coretan dari workshop of character building)

Pada hari jum’at 04 Februari 2011, saya mengikuti workshop of character building bersama DR. Mustafa Umar, Lc. MA. Intinya beliau menyampaikan beberapa point yang harus dimiliki untuk membentuk karakter yang baik yaitu: ilmu, amal, ikhlas, kesungguhan, pengorbanan, istiqomah, saling mengenali, saling menutupi kekurangan, saling menggabungkan kelebihan, dan saling mempercayai.

Pada sesi penjelasan atau pemaparan materi, Ustadz Umar mengatakan bahwa salah satu hal yang bisa kita lihat apakah karakter teman kita baik atau tidak adalah dengan melihat perilaku mereka. Contohnya ketika kita dihadapkan pada situasi dimana ada makanan dihidangkan tapi tak lama kemudian adzan berkumandang, kata ustadz, ketika kawan kita memilih menyantap makanan dari pada pergi ke mesjid berarti karakternya bisa di judge kurang baik.

Kawan saya (Nobel) pernah lihat di status fb temannya (siapa bilang fb tidak bermanfaat, he...)yang mengutip sebuah hadis yang berbunyi  "Tidak ada shalat saat ada makanan, dan tidak pula ketika menahan air kecil serta air besar." [HR. muslim dari aisyah]. Kita pun penasaran dengan masalah ini. Akhirnya kita coba buka Maktabah Syamilah, ketemulah dengan hadis dibawah ini



حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ حَدَّثَنَا حَاتِمٌ - هُوَ ابْنُ إِسْمَاعِيلَ - عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ أَبِى عَتِيقٍ قَالَ تَحَدَّثْتُ أَنَا وَالْقَاسِمُ عِنْدَ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - حَدِيثًا وَكَانَ الْقَاسِمُ رَجُلاً لَحَّانَةً وَكَانَ لأُمِّ وَلَدٍ فَقَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ مَا لَكَ لاَ تَحَدَّثُ كَمَا يَتَحَدَّثُ ابْنُ أَخِى هَذَا أَمَا إِنِّى قَدْ عَلِمْتُ مِنْ أَيْنَ أُتِيتَ. هَذَا أَدَّبَتْهُ أُمُّهُ وَأَنْتَ أَدَّبَتْكَ أُمُّكَ - قَالَ - فَغَضِبَ الْقَاسِمُ وَأَضَبَّ عَلَيْهَا فَلَمَّا رَأَى مَائِدَةَ عَائِشَةَ قَدْ أُتِىَ بِهَا قَامَ. قَالَتْ أَيْنَ قَالَ أُصَلِّى. قَالَتِ اجْلِسْ. قَالَ إِنِّى أُصَلِّى. قَالَتِ اجْلِسْ غُدَرُ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « لاَ صَلاَةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلاَ وَهُوَ يُدَافِعُهُ الأَخْبَثَانِ ».
__________
معانى بعض الكلمات : أتى : ابتلى    الأخبثان : البول والغائط     أضب : غضب وحقد
الغدر : الغادر ويستعمل فى الشتم   اللحانة : كثير اللحن والخطإ فى الكلام

Hal itu pun langsung saya tanyakan pada ustadz Umar. Jawaban beliau adalah maksud contoh tadi adalah kita harus melihat reaksi kawan kita, apabila dari gelagatnya kurang memperhatikan adzan dan waktu shalat, baru lah kita bisa menilai bagaimana karakter teman kita

Jadi sebenarnya, kalo menurut saya, tergantung situasi dan kondisinya, ketika memang ada dalam posisi bertamu dan nanggung sudah disediakan makanan maka sebaiknya makan dulu tapi akan lebih baik lagi kalau kita sebagai tuan rumah memperhatikan waktu shalat terlebih dahulu sebelum menawarkan hidangan pada tamu kita

NB: awas dalil ini jangan dijadikan justifikasi yang salah kaprah, maksudnya kita selalu makan pada waktu adzan berkumandang. Akan lebih baik kalau keduanya diatur waktunya sehingga tidak bentrok. Akhirnya sikapilah dengan bijak ya, kecuali kalau calon mertua kita ingin nge-tes sejauh mana kekuatan dalil kita, silahkan pilih saja mau makan dulu atau shalat dulu tentu syaratnya keluarkanlah argumen yang canggih, ok.. (ini hanya tips saja, he..)

0 komentar:

Posting Komentar