"Hafalan
dari al-lail sampai an-Naba hanya awal mula, karna kita tak pantas dan belum
berkelas kalau belum hafal dari alfatihah sampai an-Nas" (Pujangga
dadakan, 2013)
Apa?
kita harus 'melahap' sampai satu mushaf? gimana caranya? Ustadz Yusuf di taujih
kedua memberikan kiat-kiat agar kita kuat dan rerupa persiapan agar menghapal
jadi menyenangkan.
Persiapan
pertama diawali dengan ruhiah memantapkan hati dan jiwa lillah, lillah dan
lillah. ikhlas tanpa ada riya yang membekas, bersih murni hanya untuk Allah
Rabbul izzati. dilanjut dengan meyakini keagungan Kalamullah karna yang kita
baca adalah Firman Sang Pencipta sehingga tidak hanya cinta tapi lahir perasaan
mulia dan bangga ketika membacanya.
Menghapal
al-Qur'an menuntun semangat dan energi yang tiada henti, sehingga membaca dan
memahami keutamaan al-Qur'an harus terus di ulang-ulang sampai tak berbilang
hingga kita dan al-Qur'an melebihi batas interaksi
Persiapan
kedua terkait dengan kemampuan dan lingkungan. skill tajwid dan guru pembimbing
tentu sangat diperlukan. lingkungan yang kondusif pun pastinya mempermudah lain
halnya kalau bercanggah membuat keinginan menghafal kita agak terasa susah.
untuk menghapal, tentu kita harus mampu meluangkan waktu baik anda yang
tafarrugh (fokus) hafalannya ataupun bagi mereka yg seolah menjadi 'sambilan'
ketika menambah hafalan. terakhir persediaan maliah pun diperlukan meskipun
harta bukanlah yang utama.
Kita
jangan hanya sebatas menjadi Qorry tapi Al-Qur'an harus terus ditadabburi dan
difahami. al-itqan atau Manahilul 'irfan bisa jadi jalan karna ilmu2 alqur'an
sangat diperlukan agar kita bisa terus merasakan tidak hanya lantunan kata tapi
menelusup menjiwa hingga ke kedalaman makna.
Habibullah Ar-Rahman itu Pak Ali
Si Nafri pun mohon undur diri
colek dulu Hambari Nursalam
cukup sekian dan wassalam
@PojokDuaEmpatKosong
17 Maret 2013
0 komentar:
Posting Komentar