RSS
Write some words about you and your blog here

HADIS AHKAM: PERBANDINGAN SUNNI & SYI’AH

HADIS AHKAM: PERBANDINGAN SUNNI & SYI’AH
Oleh: Irfan Soleh

Mata kuliah hadis ahkam semester ini menjadi menarik dengan kehadiran dosen yang asyik. Ia humoris juga canggih, latar belakangnya hukum/ushul fiqih tapi karna hobinya “ngotak-ngatik” hadis akhirnya jadi dosen hadis. Dalam perkuliahannya ia seringkali mengutip dalil-dalil syi’ah karna mungkin beliau syi’i, gak heran karna beliau pernah mengenyam pendidikan di Iran, kota wilayatul faqih. Saya nyesel juga tadi datang telat jadi tidak sempat mendengarkan pembahasan jazuli (pemakalah) mengenai thoharoh, ya untung aja dapat makalahnya jadi gak sia-sia

Mari kita rangkum dulu pembahasan thoharah kemudian kita bahas permasalahan dari hasil tanya jawab dengan Pak Dosen, Pak Zuhri namanya. Thaharoh secara bahasa berarti bersuci dari segala hadas dan kotoran, salah satu cara bersuci adalah dengan menggunakan air baik dengan air hujan, air laut, air sumur dan sebagainya
Untuk air laut nabi Muhammad SAW bersabda:


عن ابى هريرة رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم (هو الطهور ماؤه الحل ميتته) اخرجه الاربعة

Hadis ini konteksnya pada waktu sahabat sedang berada di laut dan hanya membawa sedikit air, kalau air itu dipakai wudhu mereka akan kehausan akhirnya para sahabat bertanya pada Rasulullah tentang air laut dan jawabannya adalah hadis ini
Dikarenakan Pak Zuhri mewajibkan pemakalah mengutip hadis syi’ah, pemakalah memaparkan hadis tentang sucinya air laut dari kitab dari kitabnya orang syi’ah yaitu al furu minal kafi, hadisnya sebagai berikut:

محمد بن يحيى عن احمد بن محمد بن عيسى عن عثمان بن عيسى عن ابى بكر الحضرمى قال ساءلت ابا عبد الله عن ماء البحر طهور هو قال نهم

Pada hadis selanjutnya kita akan melihat sejauh mana air itu suci dan dapat mensucikan. Rasulullah SAW bersabda

عن ابى سعيد الخدرى رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (ان الماء طهور لا ينجسه شيئ) اخرجه الثلا ثة

Sesungguhnya air itu suci selama belum terkena najis. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat tentang air jika tercampur najis dan belum berubah salah satu sifatnya. Imam malik berpendapat jika air itu sedikit atau banyak apabila berubah salah satu sifatnya maka hilang kesuciannya. Sedangkan imam syafi’i, hanafi dan hambali membagi kedalam dua bagian pertama apabila ait itu sedikit maka najis dan kedua apabila airnya banyak tidak menjadi najis jika tidak berubah dari tiga sifatnya yaitu warna, rasa dan baunya

Pemakalah mempersilahkan audiens untuk bertanya walaupun yang menjawab pertanyaan tersebut kebanyakan Pak Zuhri dan kebanyakan membahas fiqih Syi’ah. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah mengenai shalat versi syi’ah. Orang syi’ah selalu menjama’ antara dhuhur dengan ashar dan magrib dengan isya sehingga waktu shalat bagi mereka Cuma ada tiga waktu
Pak Zuhri menyatakan bahwa ketika kita mengetik kata جمع dalam mu’jam maka akan keluar banyak sekali hadis tentang shalat jama’nya nabi baik itu dari literatur sunny maupun syiah, dan salah satu hadis yang beliau kutip adalah

جمع النبى الظهر و العصر المغرب و العشاء بلا عدر بلا سفر بلا خوف بلا مريض

Hadis ini menjustifikasi praktek shalat yang dilakukan orang syi’ah. Pelan tapi pasti hafiz sedikit menyanggah pernyataan Pak Zuhri dengan menyatakan hadis tersebut adalah hadis fi’liyah sehingga sangat mungkin praktik shalat tersebut di khususkan untuk nabi karna dalam tradisi sunni ada sedikit perbedaan menyikapi hadis hadis fi’liyah dan hadis qauliyah. Kemudian Pak Zuhri menanggapinya dengan serius dan menyuruh kita menelusurinya hadis tersebut lebih jauh
Setelah membahas shalat jama’ walaupun sebenarnya perdebatannya belum berakhir, pembahasan beralih pada masalah wudhu. Beliau bilang orang sunni kalau wudhu harus punya air banyak sedangkan orang syi’ah tidak perlu karna hanya sedikit membasuh muka dan tangan terus mengusap kepala dan kaki dari air bekas membasuh muka dan kaki tadi. Hal ini didasarkan pada pemahaman ayat al-Qur’an

فاغسلوا وجوهكم و ايديكم وامسحوا بروسكم و ارجلكم

Sri bertanya mengenai pemaknaan ayat وارجلكم الى الكعبين mengusap kaki sampai mata kaki dan ternyata ada perbedaan antara yang disebut mata kaki oleh sunni dengan syi’ah. Orang syi’ah menganggap mata kaki nya orang sunni itu bukan mata kaki tetapi persendian wallahu’alam mana yang benar yang jelas perdebatan ini merangsang saya untuk mempelajari fiqih lebih dalam lagi
Kemudian naufal bertanya mengenai masalah Qodho shalat, Pak Zuhri menyatakan antara sunni dan syi’ah tidak ada perbedaan dalam masalah ini walaupun ada pandangan muhammadiah yang tidak menyetujui adanya Qodho Shalat dengan dalil لا قضاء الا فى الصيام dan ternyata kata Pak zuhri, Muhammadiah salah memahami hadis tersebut karna konteksnya pada waktu itu adalah siti aisyah sedang haid lalu beliau mengatakan

نحن نؤمر بقضاء الصيام ولا نؤمر بقضاء الصلاة

Jadi maksud ungkapan لا قضاء الا فى الصيام apabila dikaitkan dengan pernyataan siti aisyah ini adalah wanita yang haid lah yang tidak perlu mengqadha shalatnya. Sebenarnya pertanyaan temen-temen masih banyak namun waktu tidak memungkinkan mudah-mudahan tulisan dari hasil perkuliahan ini bisa bermanfa’at, amien......

0 komentar:

Posting Komentar