RSS
Write some words about you and your blog here

KONTROVERSI SEPUTAR SHALAWAT NABI

KONTROVERSI SEPUTAR SHALAWAT NABI
Oleh: Irfan Soleh

Hari senin adalah hari yang sangat tidak diinginkan oleh warga kota jakarta khususnya para pekerja karena dihari ini aktifitas kembali datang, segudang tugas yang sudah menjadi rutinitas harus dilalui lagi. Sehingga sangat wajar kalau ada karyawan/ti yang mengatakan hari senin adalah hari yang sangat tidak didinginkan bahkan saking keselnya sampai-sampai ada yang bilang tiada hari yang paling saya benci kecuali hari senin

Ungkapan ketidaksukaan terhadap hari senin antara yang pertama dengan yang kedua itu berbeda, dan dari perbedaan tersebut tentu mengandung makna yang berbeda. Apa perbedaannya? Makna apa yang bisa kita dapat dari dua ungkapan tersebut? Jawabannya akan selaras dengan pembahasan kita kali ini yaitu mengenai shalawat kepada Nabi yang berkaitan dengan hadis dalam shahih bukhari dengan judul باب الصلاة على النبى saya kutipkan bunyi hadisnya

حدثنا ادم حدثنا شعبة حدثنا الحكم قال سمعت عبد الرحمان بن ابى ليلى قال: لقينى كعب بن عجرة فقال: الا اهد لك هدية؟ ان النبى صلى الله عليه وسلم خرج علينا فقلنا يارسول الله قد علمنا كيف نسلم عليك, فكيف نصلى عليك؟ قال فقولوا: اللهم صلى على محمد و على ال محمد كما صليت على ابراهيم انك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد و على ال محمد كما باركت على ال ابراهيم انك حديد مجيد

Pembahasan ini menjadi penting karena ada konflik yang tak berkesudahan atau konflik yang berkepanjangan di masyarakat mengenai masalah pembacaan sayyidina( سيدنا ) ketika membaca shalawat kepada nabi. Berdasarkan hadis diatas ka’ab ibn ujrah bertanya kepada Rasulullah,”bagaimana cara bershalawat kepada engkau ya Nabiyallah?”, Rasul menjawab: قال فقولوا اللهم صلى على محمد dalam hadis ini Rasul menjawab langsung kata Muhammadin tanpa kata sayyidina . dengan hadis inilah kelompok yang “anti sayyidina” menyalahkan golongan “pengikut sayyidina”

Lantas pertanyaan selanjutnya adalah apakah shalawat-shalawat yang lain seperti shalawat munjiyah, shalawat nariyah dan lain-lain dilarang dengan hadis tersebut karena lafal teksnya berbeda dengan apa yang disebutkan Rasul dalam hadis tersebut. Jawabannya adalah boleh menurut Pak Kiai (Prof Ali Mustafa Ya’kub) dengan penjelasan sebagai berikut:

Dalam hadis tersebut Rasulullah hanya menyebutkan contoh/ salahsatu contoh bagaimana cara bershalawat kepada beliau karna dalam ilmu balaghah redaksi tersebut, jawaban Rasul atas pertanyaan Ka’ab ibn ujrah, tidak mengandung batasan bahwa redaksi shalawat yang dibenarkan hanya itu saja

Pak Kiai menganalogikan hal tersebut dengan ungkapan “edo adalah murid/santri pesantren Darus Sunnah” dari ungkapan tersebut apakah santri Darus Sunnah hanya edo saja? Tentu jawabannya tidak!, begitupun dengan pertanyaan kita diawal karyawan pertama mengatakan “saya tidak menyukai hari senin” dari statement tersebut ada kemungkinan hari-hari lainnya pun tidak suka lain halnya ketika ia ungkapkan dengan pernyataan”tidak ada hari yang paling saya tidak senangi ( benci) kecuali hari senin” dari ungkapan yang kedua ini ada batasan bahwa yang tidak disukai itu hanya hari senin

Satu analogi lagi yaitu ketika kita mengungkapkan isi hati kita sama sang kekasih انا احب اليك (saya mencintaimu) disini tidak ada حصر (batasan) apakah cintanya sama dia seorang karena dengan ungkapan ini masih ada kemungkinan ia mencintai orang lain. Lain kasusnya ketika ungkapannya ليس احب احد الا اياك (tidak ada yang saya sukai seorangpun kecuali kamu). Pernyataan yang kedua ini jelas tidak mungkin ada orang lain yang ia sukai

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat khususnya bagi orang yang masih mempersoalkan masalah pembacaan sayyidina dan shalawat-shalawat yang lain wallahu a’lam bi shawab...

0 komentar:

Posting Komentar