RSS
Write some words about you and your blog here

DEMOKRASI DALAM TANYA

DEMOKRASI DALAM TANYA
Oleh: Irfan Soleh

Demokrasi ramai dibicarakan dan muncul ke permukaan khususnya setelah adanya statement dari Yusuf Kalla dalam penutupan Rapimnas partai golkar. Kalla menyatakan bahwa demokrasi hanya alat atau cara, bukan tujuan, sehingga dapat di nomorduakan. Tujuannya adalah kesejahteraan (kompas, 26/11/07)
Pernyataan tadi mendapat respon dari berbagai kalangan terutama dari lawan politiknya. Partai-partai lain menyebut inti dari cara pandang Golkar adalah otoritarianisme, golkar ingin mengulang sejarah rezim orde baru yang terkenal dengan gagasannya yaitu “politik no produktivitas yes”

Namun yang menarik adalah tanggapan dari Eef Saefullah Fatah, Staf pengajar ilmu politik UI, ia menegaskan bahwa pernyataan Yusuf Kalla tidak sepenuhnya salah. Kesimpulan semacam itu bisa dibenarkan manakala disertai beberapa catatan yaitu, lanjut eef, pernyataan atau kesimpulan tadi bisa saja mengandung jebakan karena ketika kita memandang demokrasi hanya sebuah cara, alat atau proses maka kita bisa kembali ke gagasan orde baru yang mengakibatkan tata cara politik berdemokrasi-yang menjamin kesetaraan, kebebasan, partisipasi dan kompetisi- untuk mengejar target produktifitas ekonomi berbasis pertumbuhan
William H Riker dalam Liberalism Against Populism: A Confrontation between the Theory of Democracy and the Theory of Social Choise (1982) menyebutkan bahwa yang membuat demokrasi unik adalah berpadunya cara demokratis dengan tujuan demokratis. Dalam demokrasi alat dan tujuan sama pentingnya. Seseorang, sekelompok orang atau sebuah bangsa tidak diperkenankan mencapai tujuan demokratis yang ia dambakan dengan menggunakan perlengkapan yang tidak demokratis
Sekarang sudah banyak yang mengkritik demokrasi dari segi pencapaiannya misalnya kesuksesan demokrasi hanya pada tataran prosedural dan sama sekali tidak menyentuh tataran substansial. Demokrasi hanya sebatas menyelenggarakan pemilu dengan terbuka tanpa bisa mengatasi masalah kemiskinan yang ada malah hanya menyejahterakan kelompok elit semata
Lutfi Assaukani dalam sebuah artikel yang dimuat media indonesia (18/11/07) mengatakan bahwa demokrasi bukanlah anodin yang dapat menyembuhkan nyeri secara instan tapi memerlukan proses dan alasan yang sangat kuat mengapa negara-negara di dunia berlomba-lomba ingin menerapkan demokrasi. Alasannya adalah karena dalam sistem ini kita diberi ruang untuk kebebasan keadilan dan kesejahteraan
Namun pertanyaannya sekarang adalah benarkah demokrasi yang sekarang dijalankan mengarah kepada tiga wilayah tadi yaitu kebebasan, keadilan dan kesejahteraan??? Kalaupun jawabannya IYA kebebasan seperti apakah yang diakomodir oleh sistem demokrasi?? Keadilan seperti apakah yang di inginkan demokrasi? Dan kesejahteraan seperti apakah yang di cita-citakan demokrasi?? Jawabannya pasti berbeda-beda dan pada akhirnya bagi saya semuanya akan berakhir pada tanya; demokrasi dalam tanya.

Ciputat, 28-11-07


0 komentar:

Posting Komentar